Thursday, March 18, 2010

Asal Usul Tari Remo Dan Ludruk | Sejarah dan perkembangannya

Bissmillahirrohmanirrohim...
SEJARAH TARI REMO DAN LUDRUK

Tari Remo kini menjadi tarian ikon kota Surabaya. Tari Remo terdapat versi Surabaya, Malang, Jombang, bahkan Probolinggo yang lebih dikenal tari Glipang. Tarian Remo asalnya sebagai tarian pembuka pentas seni Ludruk namun dapat juga sebagai tarian selamat datang penyambut tamu sesuai kebutuhan.

Pada zaman hindia belanda, di sebuah desa di jombang dengan sawah yang hanya mengandalkan bercocok tanam pada turunnya air hujan (Tadah Udan) yang di kelola Cak Mo mengalami gagal panen secara terus menerus, hingga bergantinya musim ke musim ini membuat cak mo dan istrinya merasakan kesusahan seperti yang di alami petani laiinya, karena tidak ada pemasukan.



Modal yang seharusnya menjadi hasil bumi justru tidak jadi karena kemarau yang panjang, ataupun serangan tikus dan hama sawah. Pada suatu ketika, cak mo berbicara kepada istrinya untuk mengadakan pertunjukan yang dimana hasilnya dapat menjadi pemasukan keluarga, namun sang istri yang tidak memiliki jiwa seni beranggapan bahwa hal tersebut adalah ide yang tidak bagus.

Cak mo terus menerus membujuk sang istri untuk mendukungnya. Cak mo yang memiliki latar belakang sebagai pemain jathilan pada group Reyog adalah hal yang tabu untuk di cerikan, belum lagi menjadi Gemblak sang warok. Untuk mensiasati sang istri agar tidak mengetahui latar belakangnya tentang kemampuan seni, Cak mo memadukan seluruh gerakan tarian seluruh tokoh yang ada pada seni Reyog di masukan dan dijadikan satu pada tariannya.

Dengan pakaian khas Gemblakan tanpa anyaman kuda, Cak mo mengadopsi dan menggunakan gagahahnya sang warok, gemulainya jathilan, lincahnya ganongan, tegasnya kelana sewandana bahkan hingga seni Gambyongan (sejenis Tayub) yang pada kala itu diminati masyarakat, pun menginspirasi menjadi gerakan tari yang diciptakannya. Sang istri yang hanya menggunakan sepasang kenong yang monoton dan berurutan untuk mengiringi sang suami menari serta mengucapkan sebuah Parikan (pantun jawa) yang di nyanyikan yang menarik perhatian penonton dan penasaran.

Sepasang suami selalu menampilkan diri dari desa ke desa dari kota ke kota hingga adanya panggilan untuk menari pada acara pesta rakyat, paska panen, bersih desa. Hingga akhirnya sang Bandar Surabaya mendengar rumor tarian yang baru dan sederhana yang memukau seluruh penduduk. Hingga di undangkanlah suami istri ini ke kota terbesar kedua di jawa untuk menyuguhkan tarian tersebut. Dan mendapatakn penghasilan yang tak terduga.

Cak Mo dan istrinya memutuskan untuk tinggal di kota Surabaya karena banyaknya yang mengundang Cak mo.awalnya cak mo hanya menyebutkan tarian tandhakan lanangan, karena biasanya tandhakan di lakukan oleh seorang perempuan.

Namun hingga akhirnya terdapat orang-orang yang mengenali gerak tari yang di bawakan oleh Cak Mo, bahwa tarian tersebut miriplah dengan kesenian yang ada di Reyog, hanya saja tarian yang dibawakan cak mo hanyalah sebuah rangkuman atau ringkasan dari seni Reyog, hingga mengungkapkan kata “Reyoge Cak Mo” (Reyognya cak mo) yang di singkat menjadi REMO.







Dan pada saat itulah tarian yang biasa di sebut Tandhak Lanangan menjadi Remo. Remo menjadi buah bibir warga Surabaya dan yang pernah berkunjung ke Surabaya, hingga adanya pemuda- pemuda untuk minta diajarkan tarian remo kepada cak mo.
Jajaran penari Remo Surabaya dengan Batik Madura
Karena mengingat tari remo sangat besar potensinya dan prospek di Surabaya, Cak mo membuat sebuah hiburan rakyat layaknya ketopra yang menceritakan pewayangan. Karena di Surabaya sebagaian besar penduduknya homogen di gunakanlah suatu hal cerita yang mudah dimengerti.
Penduduk surabya yang terdiri dari bukan orang jawa saja, melainkan luar pulau seperti melayu, arab, Madura, Sulawesi dll. Di buatkanlah hiburan rakyat yang mudah di terima di wilayah Arek, karena sifat orang asli Surabaya yang tegas, apa adanya, langsung pada intinya.

Subuah hiburan humor biasa disebut dagelan dengan mengambil cerita kehidupan sehari-hari yang semua tokohnya di perankan orang laki-laki, meskipun tokoh perempuan juga di perankan oleh pria alias banci, seperti halnya pemain reyog yang semuanya laki-laki. Namun pertunjuk sebelum dimulai, tarian Remo dengan nyanyian parikan  nada Arekan selau di awal.
tarian remo sebelum Ludruk dimulai

Tarian Remo dan pertunjukan humor selalu tampil di mana-mana, hingga akhirnya sebuah acara besar yang di hadiri oleh orang-orang Batavia mengundang kelompok dagelan Cak Mo. Di saat sela-sela pertunjukan karena terhibur, salah seorang tamu tertawa terpingkal-pingkal serta kakinya menhentak-hentakan ke tanah sambil berkata “Lu” (kamu, bahasa betawi) berulang-ulang menujuk para pemain dagelan di panggung, orang yang melihat aksi lucu dari orang betawi tersebut ikutan tertawa.

Karena sangat heboh, sebuah pertunjukan humor yang biasa oleh kalangan orang jawa degelan, orang-orang betawi menyebutnya dengan Ludruk yang merupakan gabungan kata dari Lu (kamu) dan Gedruk (hentak kaki) namun ada versi lain bahwa Ludruk adalah gabungan kata dari Lucu dan Gedruk yang berarti karena hiburan yang dibawakan sangatlah lucu hingga membuat penonton tertawa hingga menghentak-hentakan kaki (ngedruk).

Dan saat itulah dagelan yang lebih condong pada kalangan jawa di sebut Ludruk. Dan Ludruk tidak akan pernah lepas dari Remo beserta parikannya yang saat ini keduanya menjadi andalan kota Surabaya.

Dalam perkembangannya Tarian Remo tidak hanya di bawakan oleh seorang pria saja, melainkan juga di bawakan oleh kaum perempuan juga semenjak perkumpulan reyog se-Indonesia mengganti pemain jathilan menjadi perempuan cantik yang awalnya adalah remaja laki-laki yang berparas cantik.

Sedangkan Remo perempuan tidak ada perbedaan pada Remo Pria, hanya saja pada rias wajah Remo perempuan di beri aksesoris kumis, jenggot, gudek tipis. Karena mengingat pencipta Remo, Cak Mo yang juga memiliki kumis tipis.



No comments:

Post a Comment

html reog ponorogo kesenian {B}asli{I}indonesia{A}

dwonload lagu terbaru?

iklan 2

Followers