kata orang "Warok dan Ulama" |
Melawan alam ini aku lakukan pada saat bermalam di telaga Ranu Kumbolo, Aemeru. bagaimana tidak? seharusnya pendakian memakai jaket-lah, shal-lah, kaus kaki-lah, penutup kepala-lah, sleeping bag-lah etc.
Dinginnya malam 19.00 aku diluar sambil api unggun, aku menyadari bahwa aku akan tidur di tenda yang di isi 4 orang, belum lagi ada yang sait sehingga membuatnya ngorok terus... jujur paling gak suka sama orang yang tidurnya ngorok, belum lagi raja kentut, astaghfirullah.... emosi saja isinya waktu dulu.
Malam itu, aku hanya memakai "warok fashion" dari celana kombor, penadon, hingga udeng (pakaian adat ponorogo) dan biar kelihatan sedikit modis alias orang pendakian, kukalungkan shall warna merah hitam ku kalungkan.,
Pukul 20.30 persedian kayu habis, dan gelap. semua teman-teman kala itu berjumlah 24 orang masuk kedalam tenda masingmasing yang sudah dibagi kelompok.
Nah aku? karena tendaku berisikan orang yang sakit flu, demam usai perjalanan tentunya sesak karena salah perhitungan peserta diawal, selain itu aku tidak mau tertular sakit tersebut, aku hanya mampu diam merenung, melihat keadaan sekitar... seperti pasar malam bila kemah yang jauh dilihat, warna -warni lampunya, belum lagi pendakian dengan senternya baru datang.....
Ku ambil sarung berwarna hijau, ku ambil banner yang basah karena embun sebagai alas untuk tidurku. hal ini kulakukan sebagai luapan emosiku, yang ada pada pikiranku bahwa aku tidak sendiri, namun masih bersama Allah.
ku mulai merebahkan tubuhku, agar tidak di ketahui orang bila aku tidur di luar tenda, kututupkna diriku dengan banner, yaps karena aku tidak ingin mereka menghawatirkan aku karena bla-bla-bla....
rasa hangat menerpa, meski angin terasa kencang, ku mencoba melawan dinginnya alam dengan berfikir tenang. Ahasil aku tidak merasa kedinginan saat tidur di luar tenda, pada pukul 02.00 pagi, ku terbangun dengan beberapa suara ribut dari samping tenda karena kedinginginan dankeluar yang hendak membuat api unggun, mencari kesana-kemari dengan gelapnya alam tidak menemukan satupun ranting, dalam hatiku pun berkata,
"Hahaha, kayu bakarnya habis sudah kubuat api unggun semua saat petang tadi"
setidaknya bila kita percaya dan berfikir kepada siapapun, mereka akan membalas kebaikan juga, tak sekali dengan alam rimba :)
No comments:
Post a Comment
html reog ponorogo kesenian {B}asli{I}indonesia{A}